Islam adalah salah satu agama atau kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut sejarah, agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-6. Lambat laun Islam pun semakin berkembang di Indonesia, yang ditandai dengan kemunculan berbagai kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut: Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Demak Kerajaan Ternate Kerajaan Gowa Kerajaan Islam Cirebon Kerajaan Islam Banten Kerajaan Mataram Islam Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Malaka Kerajaan Pajang Baca juga: Ciri-ciri Kerajaan Islam Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh atau yang lebih dikenal dengan nama Meurah Silu. Kerajaan Samudera Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumawe, Aceh, yang berdiri sejak 1267 hingga 1521. Sejak didirikan, Kerajaan Samudera Pasai terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Bahkan, menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah Sultan Malik Al Saleh yang berkuasa sejak 1297 hingga 1326, kurang lebih 29 tahun. Akan tetapi, masa kejayaan Samudera Pasai baru terjadi di bawah kepemimpinan Sultan al-Malik Zahir II (1345-1349). Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi lintas perdagangan yang berkembang pesat dan merilis mata uang emas yang disebut dirham untuk digunakan secara resmi. Kerajaan Samudera Pasai runtuh pada 1521, karena adanya konflik internal, yaitu perebutan kekuasaan serta perang saudara. Selain itu, keruntuhan Samudera Pasai juga disebabkan oleh penyerangan dari Portugis. Baca juga: Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Demak Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada 1478, seiring dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa sekaligus kerajaan terbesar di sana. Berkat Kerajaan Demak, agama Islam juga ikut berkembang dan tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi juga karena bantuan dari Wali Songo, sembilan tokoh penyebar agama Islam di Jawa. Setelah berhasil mengembangkan agama Islam, Kerajaan Demak runtuh pada 1546 akibat perang saudara antara Sultan Trenggono dan Pangeran Surowiyoto, juga pemberontakan dari Jaka Tingkir. Lihat Foto Keraton Kerajaan Ternate, salah satu kerajaan Islam di Indonesia(wikimedia.org) Baca juga: Raden Patah, Raja Pertama Kerajaan Demak Kerajaan Ternate Kerajaan Ternate atau Kerajaan Gapi didirikan di Ternate, Maluku Utara, oleh Sultan Mahrum pada 1257. Selain merupakan kerajaan Islam, Kerajaan Ternate juga sumber rempah-rempah terbesar di Maluku. Salah satu raja di Kerajaan Ternate yang paling populer adalah Sultan Baabullah. Sultan Baabullah memerintah Kerajaan Ternate sejak 1570 hingga 1583. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Ternate berhasil mencapai puncak kejayaan serta berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Kerajaan Ternate runtuh pada 1683, karena diadu domba oleh Kerajaan Tidore yang dilakukan bangsa Asing (Portugis dan Spanyol) dengan tujuan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Lihat Foto Museum Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan(disbudpar.sulselprov.go.id) Baca juga: Alasan Kerajaan Ternate dan Tidore Sering Disinggahi Pedagang Kerajaan Gowa Kerajaan Gowa adalah kerajaan Islam yang didirikan di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-14 oleh Tumanurung Bainea. Pada abad ke-15, kerajaan ini terbagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Kemudian, akhir abad ke-16, Kerajaan Gowa memasuki masa Islam dan berubah menjadi kesultanan. Raja pertama Kerajaan Gowa yang memeluk Islam adalah Mangarangi Daeng Manrabbia dengan gelar Sultan Alauddin I. Sultan Alauddin I memerintah Kerajaan Gowa sejak 1593 hingga 1639. Kerajaan Gowa runtuh akibat adanya politik adu domba yang dilakukan Belanda. Saat itu, raja Gowa, yaitu Aru Palaka terpengaruh oleh adu domba Belanda untuk bersekutu dengan VOC menghancurkan Makassar. Kemudian, setelah bertahun-tahun bertempur, Kerajaan Gowa menyatakan kekalahannya dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667. Baca juga: 5 Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo Kerajaan Islam Cirebon Selanjutnya Kerajaan Islam Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Walangsungsang pada 1430. Kerajaan Islam Cirebon berhasil mencapai kejayaannya di bawah pemerintahan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang berkuasa sejak 1479 hingga 1568. Disebutkan bahwa Sunan Gunung Jati berhasil memajukan kerajaan dan berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Cirebon. Tidak hanya itu, Sunan Gunung Jati juga telah menaklukkan beberapa daerah di Pulau Jawa demi kepentingan politik. Berkat pencapaiannya tersebut, Sunan Gunung Jati yakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon serta penyebar agama Islam di Jawa Barat. Kerajaan Islam Cirebon runtuh pada 1666, karena adanya fitnah dari Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram. Sultan Amangkurat I menuduh Panembahan Ratu II telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram. Baca juga: Banten, Markas Pertama VOC di Indonesia Kerajaan Islam Banten Pendiri Kerajaan Islam Banten sama dengan pendiri Kerajaan Cirebon, yaitu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada abad ke-16. Kendati begitu, Sunan Gunung Jati tidak pernah menjadi raja Kesultanan Banten. Raja pertama Kerajaan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin yang berkuasa sejak 1552 hingga 1570. Sedangkan masa kejayaan Kerajaan Islam Banten baru tercapai di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683). Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Sayangnya, hal ini juga memicu Belanda melakukan politik adu domba hingga akhirnya Kerajaan Banten runtuh pada 1813. Baca juga: Mengapa Kerajaan Mataram Islam Dibagi Dua dalam Perjanjian Giyanti? Kerajaan Mataram Islam Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati pada abad ke-16. Kerajaan ini berkuasa selama dua abad, hingga abad ke-18 dan mencapai masa emasnya di bawah kuasa Sultan Agung (1613-1645). Di bawah kuasa Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam berhasil menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam berakhir pada 1755, setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti yang disepakati bersama oleh VOC. Dalam Perjanjian Giyanti disepakati bahwa Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta. Baca juga: Bukti Belanda Kesulitan Menghadapi Perlawanan Aceh Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 M. Kerajaan Aceh Darussalam terletak di Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Puncak kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam tercapai di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berkuasa sejak 1607 hingga 1636. Di bawah kuasanya, Kerajaan Aceh berhasil menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama dan menyerang Portugis di Melaka. Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran pada 1641, sepeninggal Sultan Iskandar Thani. Keruntuhan Kerajaan Aceh disebabkan oleh adanya perebutan kekuasaan di antara para pewaris takhta. Baca juga: Apakah Kerajaan Malaka Bercorak Maritim? Kerajaan Malaka Kerajaan Malaka adalah kerajaan Islam yang berdiri pada abad ke-15, dan runtuh pada abad ke-16. Terbilang hanya berdiri dalam waktu singkat, raja pertama Kerajaan Malaka adalah Parameswara. Kerajaan Malaka mencapai kejayaannya di bawah kuasa Sultan Mansur Syah, yang berkuasa sejak 1459 hingga 1477 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Malaka berhasil menguasai Pahang, Kedah, Trengganu, dan sejumlah wilayah di Sumatera. Kerajaan Malaka runtuh tahun 1511 karena diserang Portugis. Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang Kerajaan Pajang Yang terakhir adalah Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir pada 1568. Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya, Kerajaan Pajang berhasil mencapai puncak kejayaan dan merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yang berada di pedalaman. Oleh sebab itu, kerajaan ini bersifat agraris dan sangat bergantung pada pertanian sebagai pusat perekonomian. Kerajaan Pajang berdiri selama 21 tahun sebelum runtuh pada 1586 dan akhirnya dijadikan negeri bawahan Mataram.
0 komentar:
Posting Komentar